Kasus Fraud Auditting
WorldCom, Amerika (2000-2002)
Pada awal tahun 2000 perusahaan komunikasi tersebut sudah mulai mengalami kemerosotan yang disebabkan oleh dot-com buble. Pendapatan mengalami penurunan dan utang semakin banyak. Nilai saham juga terus mengalami penurunan. Melihat kondisi tersebut Bernard Ebbers sebagai CEO, Scott Sullivan sebagai CFO dan David Myers sebagai auditor senior memutuskan mengambil langkah keluar dengan cara mengubah laporan keuangan. Ada dua cara yang mereka tempuh. Yang pertama, mereka membukukan ‘line cost‘ sebagai pemasukan, padahal pada kenyataannya merupakan pengeluaran. Dan yang kedua, mereka meningkatkan pendapatan dengan entri akun palsu yang ditulis sebagai “akun pendapatan perusahaan yang tidak teralokasi”.
WorldCom, Amerika (2000-2002)
WorldCom, perusahaan
komunikasi terbesar kedua di Amerika terpaksa harus menyatakan pailit pada
tahun 2002 setelah ketahuan melakukan kecurangan dalam laporan keuangannya.
WorldCom yang merupakan
perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Amerika mengumumkan bahwa mereka
telah menggelumbungkan arus kas sebanyak $ 3.8 M pada tanggal 25 Juni 2002.
Yang menjadi pukulan besar bagi kredibilitas pasar modal dan tata kelola
perusahaan.
WorldCom pada saat itu
sebenarnya merupakan perusahaan telekomunikasi yang besar. Dengan jumlah
karyawan mencapai 80.000, WorldCom menyediakan layanan telepon jarak jauh dan
memiliki backbone jaringan Internet terbesar. WorldCom berawal dari merger
perusahaan Long Distance Discount Services, Inc (LDDS)
dengan Advantage Companies Inc. Bernard Ebbers yang
sebagai pendiri LDDS ditunjuk sebagai CEO WorldCom.
Pada awal tahun 2000 perusahaan komunikasi tersebut sudah mulai mengalami kemerosotan yang disebabkan oleh dot-com buble. Pendapatan mengalami penurunan dan utang semakin banyak. Nilai saham juga terus mengalami penurunan. Melihat kondisi tersebut Bernard Ebbers sebagai CEO, Scott Sullivan sebagai CFO dan David Myers sebagai auditor senior memutuskan mengambil langkah keluar dengan cara mengubah laporan keuangan. Ada dua cara yang mereka tempuh. Yang pertama, mereka membukukan ‘line cost‘ sebagai pemasukan, padahal pada kenyataannya merupakan pengeluaran. Dan yang kedua, mereka meningkatkan pendapatan dengan entri akun palsu yang ditulis sebagai “akun pendapatan perusahaan yang tidak teralokasi”.
Bernard Ebbers sebagai CEO
Cynthia Cooper salah satu auditor internal
WorldCom merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan pelaporan keuangan di situ.
Kecurigaannya semakin nyata ketika dia menanyakan perihal keuangan kepada
Sullivan, sang CFO yang dibalas dengan menyuruhnya untuk tidak ikut campur.
Pada masa-masa itu WorldCom menggunakan jasa perusahaan Arthur Andersen sebagai
auditor eksternal independen. Sedangkan Arthur Andersen sendiri dalam terlilit
skandal Enron tidak lama yang lalu. Jadi bisa dibilang kredibilitas perusahaan
Arthur Andersen sendiri mulai dipertanyakan.
Cynthia Cooper saat itu menjabat sebagai Vice
President dalam divisi Internal Audit WorldCom
Cynthia bersama beberapa rekannya
membentuk sebuah tim kecil untuk melakukan investigasi. Mereka harus mengaudit
keuangan pada malam hari secara sembunyi-sembunyi supaya tidak diketahui atasan
untuk mencari kebenaran. Tetapi perjuangan para tim ini tidaklah sia-sia. Pada
bulan Mei mereka berhasil menemukan sebuah lubang pada laporan keuangan
perusahaan mereka.
Cooper lalu memutuskan menghubungi
kepala komite audit mengenai penemuan timnya. Pada tanggal 20 Juni 2002 diselenggarakan
rapat komite audit dewan direksi untuk mendengarkan Cooper dan Sullivan. Pada
pertemuan itu sang CFO berusaha menjelaskan strategi akuntasi yang dilakukan
dia dan berusaha mendapat dukungan dari para dewan, namun gagal. Pada tanggal
24 Juni 2002, komite audit meminta Sullivan dan Myers untuk mengundurkan diri
sebelum rapat dewan direksi hari berikutnya jika tidak ingin diberhentikan.
Myers mengundurkan diri. Sedangkan
Sullivan enggan mengundurkan diri, sehingga dipecat. Pada hari berikutnya
WorldCom mengumumkan kenyataan keadaan keuangan perusahaan mereka keluar.
Akhirnya seluruh dunia mengetahui kalau perusahaan ini telah memalsukan
pendapatannya sebanyak 3,8 miliar dolar US. Perusahaan WorldCom kemudian
menyatakan dirinya pailit. Kebangkrutan WorldCom merupakan kebangkrutan terbesar
dalam sejarah Amerika pada saat itu dengan nilai asetnya sebesar 103,9 miliar
dolar US. Ebbers akhirnya diganjar penjara selama 25 tahun karena terbukti ikut
terlibat dalam penipuan pelaporan akutansi. Sedangkan Sullivan sendiri
dikenakan hukuman 5 tahun penjara.
Peristiwa ini membuktikan sebuah
perusahaan yang dari luar terlihat normal sebenarnya bisa saja merupakan sebuah
ilusi yang menyesatkan para pemegang saham. Umumnya ilusi yang dipancarkan oleh
perusahaan ini tidak lain adalah laporan keuangan yang dipalsukan. Demikianlah
kisah sang perusahaan pemilik jaringan Internet terbesar ini menemui
kehancurannya.
Review:
Dalam kasus akuntansi WorldCom
diatas secara tidak langsung WorldCom menunjukan perilaku yang kurang baik
yaitu dapat dilihat dengan adanya tindakan kecurangan (fraud) dalam pembuatan
laporan keuangan dengan memanipulasi laporan keuangan dari WorldCom. Hal tersebut
dipicu karena pendapatan perusahan mengalami penurunan dan utang semakin
banyak. Nilai saham pun juga ikut mengalami penurunan. Melihat kondisi tersebut, maka Manajemen
Puncak dari perusahaan WorldCom seperti CEO, CFO dan Audit senior internal
melakukan perubahan terhadap laporan keuangan. Dengan cara, membukukan
“Line Cost” sebagai pemasukan yang
nyatanya adalah pengeluaran dan meningkatkan
pendapatan dengan entri akun palsu yang ditulis sebagai “akun pendapatan
perusahaan yang tidak teralokasi”.
Pada kasus tersebut prinsip etika profesi yang
dilanggar adalah:
- Prinsip tanggung jawab profesi dimana setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Dimana perusahaan WorldCom telah melanggar prinsip etika profesi ini.
- Perusahaan juga telah melanggar prinsip kepentingan publik, dimana perusahaan tidak dapat menunjukan komitmen atas profesionalismenya.
- Perusahaan juga melanggar prinsip obyektivitas, dimana ada beberapa anggota yang tidak menerapkan arti dari prinsip yaitu mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
- Perusahaan juga telah melanggar prinsip perilaku profesional dimana beberapa anggota dari perusahaan telah melakukan tindakan yang mendiskreditkan profesi, seperti halnya yang dilakukan CEO,CFO dan Auditor senior internal perusahaan WorldCom.
Sumber:
http://www.computesta.com/blog/2012/05/worldcom-kebangkrutan-besar-yang-penuh-skandal/#.WdJKhNGjfIU
http://rocketmanajemen.com/etika-profesi-akuntansi/
http://www.computesta.com/blog/2012/05/worldcom-kebangkrutan-besar-yang-penuh-skandal/#.WdJKhNGjfIU
http://rocketmanajemen.com/etika-profesi-akuntansi/
Komentar
Posting Komentar